Sepenggal Kisah Waisak Nasional 2568 BE / 2024 Masehi
Magelang - Adalah Pangeran Sidharta yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini yang sekarang disebut sebagai Nepal. Ini merupakan peristiwa kelahiran Bodhisattva atau seorang calon Buddha. Waktu berjalan dan menapak pada tahun 588 SM. Itulah waktu ketika Pertapa Sidharta mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha di Bodh. Dan akhirnya Buddha Gautama Parinibbana atau wafat di Kusinara.
Inilah tiga peristiwa yang menjadi pokok dalam peringatan Tri Suci Waisak. Begitu dalamnya makna Waisak, sehingga perayaannya tentu tak hanya sekedar melakukan tradisi puja. Namun harus lebih dari itu, meneladani kisah hidup Buddha Gautama dan melaksanakan Dhamma, itulah yang lebih penting.
Seperti sebelumnya, Candi Borobudur kembali menjadi tempat pusat perayaan Tri Suci Waisak Nasional pada 2568 BE atau tahun 2024 Masehi. Detik-detik Waisak sebagai puncak perayaan jatuh pada Kamis 23 Mei 2024 pukul 20.52.42 WIB.
“Tema Waisak Nasional pada tahun 2024 ini adalah ‘Untuk Hidup Bahagia Sebagai Makhluk dan Manusia, Marilah Kita Meningkatkan Kesadaran Yang Diajarkan Oleh Sang Buddha, dengan sub-tema Hindarilah Keserakahan Duniawi, Kebodohan, Kemarahan dan Kebencian’,” kata Ketua Umum DPP WALUBI sekaligus Ketua Panitia Waisak Nasional 2568 BE/2024 Dra. S. Hartati Murdaya, sebagaimana dikutip dari press briefing acara tersebut.
Menyongsong Waisak, umat Buddha melakukan Karya Bakti Taman Makam Pahlawan seluruh Indonesia pada 5 Mei 2024. Kepedulian terhadap sesama berupa bakti sosial pengobatan gratis digelar dari 17 hingga 19 Mei.
Thudong
Thudong merupakan sebuah perjalanan dengan berjalan kaki dan melakukan beberapa praktek spiritual lainnya. Tradisi Thudong yang dilakukan oleh para Bhikkhu bertujuan untuk belajar bersabar. Sebab Sang Buddha menyebut bahwa kesabaran adalah praktik dharma yang paling tinggi.
“Di zaman modern sekarang, tradisi Thudong masih tetap dilestarikan. Akan tetapi karena saat ini sudah berdiri vihara-vihara dan didukung oleh berbagai fasilitas, maka tradisi Thudong boleh dikatakan sebagai sebuah rangkaian perjalanan dengan mempraktikkan ajaran Buddha" ujar Y.M. Bhikkhu Dhammavuddho Thera selaku Ketua Perkumpulan Sangha Theravada Dhammayut Indonesia (STDI).
Mengusung tema 'Perjalanan dengan Kesadaran Keberagaman untuk Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia', Thudong dalam rangka Waisak 2024, untuk pertama kalinya akan menyusuri dua candi besar di Indonesia yakni menuju ke Candi Borobudur dan Candi Muaro Jambi.
Tahun lalu para bhikkhu Thudong berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur, namun tahun ini perjalanan Thudong akan dimulai dari Semarang di Jawa Tengah.
"Tahun ini kami mulai dari Semarang berjalan kaki, bukan dari Jakarta, mungkin tiga atau empat hari sampai, dan sebagian dari kami ada hampir 30-an Bhante juga ikut acara yang kemarin dan sekarang ikut lagi," ucap Bhante (Biksu) Subin pada Selasa 14 Mei 2024 di Jakarta sebagaimana dikutip dari ANTARA.
Para bhikkhu yang berjumlah 40 orang itu akan menumpang bus menuju ke Semarang, untuk selanjutnya berjalan kaki ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Setelah melakukan perjalanan sejauh 60 kilometer dengan berjalan kaki, pada akhirnya Bhikkhu Thudong tiba di candi Buddha terbesar di dunia ini pada 20 Mei 2024.
Salah satu bhikkhu Thudong, yaitu Bhante Kamsai Sumano Mahathera melukiskan perhatian masyarakat pada wilayah yang menjadi rute perjalanan kepada mereka. Masyarakat bergotong royong memberikan segala sesuatu yang dapat mendukung para biksu agar dapat sampai ke tujuan.
"Saya tidak tahu siapa yang ngasih itu, merasa kasihan pada kita , mereka kasih sandal, kasih buah-buahan, obat-obatan untuk mendukung Biksu Thudong sampai Borobudur," ucapnya.
Menginjak Kamis 23 Mei 2024, para bhikkhu Thudong akan berbaur dengan umat Buddha untuk melaksanakan puja dalam Detik - Detik Waisak yang digelar pada pukul 20.52.42 WIB. Selain itu para Bhikkhu Thudong juga akan menyemarakkan Waisak Candi Muaro Jambi 26 Mei 2024.
Sebelum kembali ke negara asalnya, para Bhikkhu Thudong akan melakukan Pindapatta dan menghadiri Perayaan Waisak di Jakarta tepatnya di Cetiya Paññ? Sikkh?, Cengkareng, Jakarta Barat pada tanggal 29 Mei 2024.
Pradaksina Di Struktur Bangunan Candi Borobudur
Dikutip dari laman Kemenag RI, pradaksina atau parikrama adalah kegiatan ritual penghormatan dengan mengelilingi sebuah objek penghormatan searah jarum jam. Tradisi ini bersumber dari kebiasaan atau vattha yang berkembang di zaman kehidupan Buddha.
Selain objek yang benar, pradakshina memerlukan prasyarat kehendak (cetana) yang benar dan lurus dalam arti tidak menyimpang dari kaidah dharma. Kehendak yang benar akan menuntun pada sikap yang benar sehingga pradakshina menjadi aktivitas spiritual yang lengkap dan utuh.
Dalam rangkaian kegiatan Waisak Nasional 2568 BE/2024 kali ini terdapat kegiatan pradaksina pagi di struktur bangunan Candi Borobudur. Adapun pada tanggal 20 Mei 2024 digelar Pradaksina S?n Bù Y? Bài ???? Tiga Langkah Satu Namaskara tradisi Mahayana oleh Majelis Mahayana Buddhis Indonesia (MAHABUDHI).
Selanjutnya, pada tanggal 21 Mei 2024 pradaksina oleh Perkumpulan Sangha Theravada Dhammayut Indonesia (STDI), serta pada tanggal 22 Mei 2024 oleh Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI). Pradaksina akan dilakukan bersama – sama Bhikkhu Sangha dan para umat yang berkumpul sekitar pukul 06.00 pagi.
Sementara dari Majelis Umat Nyingma Indonesia (MUNI) juga akan melakukan pradaksina pada tanggal 20 – 21 Mei 2024 selepas kegiatan Nyingma Monlam Chenmo Indonesia di sekitar pukul 16.00 sore.
Pengambilan Api Dharma Dari Mrapen Grobogan
Para Bhikkhu melangsungkan prosesi pengambilan Api Dharma Mrapen yang akan digunakan pada Perayaan Tri Suci Waisak 2568 Buddhist Era (BE) di Grobogan, Jawa Tengah pada Selasa 21 Mei 2024. Api Dharma yang diambil dari Mrapen ini akan dibawa ke Candi Mendut, guna pelaksanaan prosesi kirab Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur.
Prosesi ini melambangkan semangat umat Buddha terus menyala seperti nyala Api Dharma yang terus memberikan penerangan dalam menjalankan ajaran Buddha.
"Semoga api ini membawa kebajikan bagi semuanya, dan para Bhikkhu Thudong juga membawa kebaikan bagi umat Buddha dan Bangsa Indonesia," kata Penyelenggara Bimbingan Masyarakat (Pembimas) Buddha Magelang, Kementerian Agama (Kemenag) RI Saring, sebagaimana dikutip dari ANTARA.
Pengambilan Air Suci Waisak di mata air Umbul Jumprit
Puluhan Bhikkhu mengambil Air Suci Waisak di mata air Umbul Jumprit, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pada prosesi yang berlangsung Rabu 22 Mei 2024 ini, para Bhikkhu mengambil sebanyak 20 kendi. Air suci tersebut bersama dengan Api Dharma dari Mrapen Grobogan disemayamkan dan disakralkan di Candi Mendut. Untuk selanjutnya dibawa serta dalam kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur.
Bikkhu Thudong dari Thailand, Bhanthe Yutthana Mahatera menyebutkan bahwa air merupakan unsur alam yang menjadi simbol kerendahan hati karena sifat air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air juga menjadi simbol kejernihan, sehingga air dijadikan sarana dan media bagi umat Buddha guna melaksanakan puja.
"Apalagi air jumprit ini air yang sakral, berkah bawa ke Candi Borobudur untuk doa sembahyang. Air menjadi sangat penting untuk dunia kita, kalau tanpa air tidak bisa hidup. Setiap manusia dan makhluk hidup di dunia ini tanpa air tidak akan hidup," kata Bhanthe Yutthana Mahatera setelah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, sebagaimana dikutip dari video ANTARA
Pada tanggal 23 Mei 2024 para umat Buddha seluruh Indonesia dari siang hari telah memadati Candi Mendut untuk melakukan prosesi kirab Waisak menuju Candi Borobudur. Sebelum berangkat, rombongan terlebih dahulu membacakan paritta, mantra dan sutra di altar utama Candi Mendut
Nampak sejumlah mobil hias yang memadati prosesi kirab Waisak ini, di barisan pertama terdapat Marching Band Sekolah Dharma Widya binaan Dewan Kehormatan DPP WALUBI. Dalam barisan prosesi juga dibawa simbol-simbol Buddhis seperti Relik Buddha, Roda Dharma, Pataka, Api Dharma, Air Berkah dan berbagai sarana puja.
Setelah rombongan prosesi kirab Waisak tiba di Candi Borobudur melakukan persembahan puja di altar utama Candi Borobudur sebelum melakukan ritual peribadatan detik-detik Waisak.
Detik – Detik Waisak 23 Mei 2024 20.52.42 WIB
Setelah purna persembahan puja di altar utama Candi Borobudur, kemudian dilakukan penyalaan lilin dan dupa oleh Bhikkhu Sangha; Ketua Umum WALUBI; Dirjen Bimas Buddha; Pimpinan Majelis; Ketua DPD WALUBI Jawa Tengah.
Ketua Umum DPP WALUBI Dra. S. Hartati Murdaya memberikan, dilanjutkan sambutan dari perwakilan pemerintah. Usai sambutan, diteruskan dengan pembacaan doa oleh masing – masing majelis sesuai aliran atau tradisi.
Tibalah saat renungan dan pesan Waisak, juga tuntunan meditasi menyambut detik – detik Waisak. Adapun pada pukul 20.52.42 WIB tepat akan ditandai dengan pemukulan gong sebanyak tiga kali dilanjutkan pemercikan air berkah. Para umat akan melakukan pradaksina mengelilingi Candi Borobudur dipimpin oleh Bhikkhu Sangha serta diakhiri dengan doa penutup.
Pelepasan Lampion
Festival Lampion akan menjadi penutup puncak perayaan Waisak Nasional 2568 BE yang bertempat di Lapangan Marga Utama Candi Borobudur. Adapun sebelum melepas lampion para umat melakukan sesi meditasi terlebih dahulu dibimbing oleh Bhikkhu Sangha, setelah itu para umat diperlihatkan tata cara melepaskan lampion. Pelepasan Lampion Waisak merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu setiap tahunnya oleh masyarakat.
Pelepasan Lampion ini sudah menjadi ikon Waisak Nasional di Candi Borobudur. Setiap tahunnya, masyarakat dari seluruh Indonesia dan mancanegara, baik umat Buddha yang melakukan ritual maupun turis hadir ke Candi Borobudur untuk ikut acara atau menyaksikan pelepasan lampion.
Lampion menjadi simbol penerangan, kedamaian batin, ketenangan, kebahagiaan, dan tercapainya harapan, doa, cita-cita yang baik serta impian peserta yang ditulis khusus pada stiker yang dapat diterbangkan bersama lampionnya. Lampion yang dilepaskan sendiri terbuat dari bahan yang ramah lingkungan dan akan terurai habis seluruh bahannya setelah melayang di udara, sehingga tidak menimbulkan limbah apapun di lingkungan
Seiring besarnya minat masyarakat,tahun ini terdapat dua sesi pelepasan lampion untuk mengakomodir tingginya minat masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pelepasan lampion, sesi 1 pukul 19.00 – 21.00 WIB dan sesi 2 pukul 21.30 – 22.30 WIB. (Eny Wahyuningsih)