Antara Salon Corona dan Virus Corona, Catatan Pojok Kota Jogja

29/04/2020 644 view Jogja Dulu Bagus Kurniawan/Cerita Jogja

Yogyakarta  - Nama Corona saat ini menjadi trending topic diberbagai media di Indonesia. Nama Corona di sini untuk menyebut wabah virus Corona atau Corona Virus Desease (Covid-19) yang telah menyebar se antero dunia.

Namun bagi warga Yogyakarta sebelum pandemi ini muncul, sebutan nama "Corona: sudah tak asing lagi bagi warga Yogya di akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. 

Ada dua nama yang dikenal dengan sebutana Corana. Pertama sebuah bengkel AC yang terletak di kawasan Yogyakarta bagian selatan. Waktu ini iklan kecil di halaman Kedaulatan Rakyat (KR) selalu terpampang iklan itu.

Yang kedua, meski tanpa iklan nama Corona ini paling gampang dikenal dan ingat. Salon Corona yang terletak di kawasan Pringgokusuman Kecamatan Gedong Tengen Kota Yogyakarta.

Ini salon bukan salon biasa. Demikian kata semua orang yang mengenalnya. Kalau salon atau tempat potong rambut itu selalu ada alat seperti gunting, pisu cukur ataupun sisir.

Di tempat ini tidak ada satupun alat itu, meski dulu ada papan nama Salon Corona. Yang ada hanyalah deretan cewek-cewek cantik dengan pakaian seksi yang dipajang di sebuah ruangan berkaca.

Itu Salon Corona tempat esek-esek. Ha ha ha. Namun sekarang tempat ini sudah tutup. Meski begitu masih banyak warga yang mengingatkan.

Dalam guyonan sekarang saat pandemi ini, ada yang memplesetkannya. "Nggak usah takut sama Corona. Wong sudah tutup sekarang." Gurau mereka.

Saat pandemi ini Corona yang menyebar bukanlah Mbak-mbak berpakaian mini dan seksi. Masuk ke jalan-jalan, faslitas umum hingga gang-gang perkampungan. Virus Corona yang nggak kelihatan. Kecil, super-super kecil sekali. Nggak bisa dilihat pakai mata biasa. Harus memakai alat mikroskop yang canggih.

Semua orang jadi takut bila terjangkit wabah ini. Kasus ini juga mengingatkan kita akan wabah Pes, kolera dan lain-lain zaman Hindia Belanda hingga awal Indonesia merdeka.

"esuk kena sore wes ora ana, wengi kena esuke wes ora ana" (Esok terkena sore sudah tidak ada, malam kena keesokan harinya tidak ada).

Terus apa yang kita lakukan saat wabah ini mendera. Doa para sesepuh dan mbah-mbah kita dulu. Tamba teka lara lunga, tamba teka lara lunga. Ngombe jamu Adas Pulo waras, dlingo bengle, temulawak. Ndedonga lan ngerapal mantra "Telek dibuntel tai, sapa sing melek ora mati" Maksudnya ikut prihatin dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Bagus Kurniawan)