Globalisasi Bisa Mengancam Integritas Bangsa

03/11/2020 748 view Jogja Kini Pixabay

Globalisasi saat ini tidak hanya dipahami sebagai hubungan dagang antara satu negaa dengan negara lain atau hubungan antara tiga bagian yakni zona inti, semi periferi atau negara berkembang dan negara periferi negara belum berkembang.Huubungan antar negara sudah tidak mengenal batas-batas teritroial lagi. Hubungan antara negara bukan lagi hubungan ekonomi yakni perdagangan.Pada awal tahun 1990-an secara politik dan kewilayahan, globalisasi mengakibatnya bubarnya Pakta Warsawa yang dipimpin oleh Uni Soviet saat itu.  Pakta Warawa sebagai pakta pertahanan menjadi penyeimbang dari pakta pertahanan Atantik Utara atau (NATO).

Bubarnya Pakta Warsawa berlanjut dengan negara-negara Eropa Timur yang terdiri banyak etnis itu seperti Yugolavia pecah, Rumania runtuh hingga Uni Sovietbubardanruntuh.

Perestroika yang dilakukan Presiden Uni Soviet waktu itu Mikhail Gorbachev juga yidak berhasil. Justru Uni Soviet pada tanggal 26 Desember 1991 bubar. Bekas negaraUni Soviet pecah mejadi 15 negara yang meliputi wilayah Eropa Timur, Asia Tengah dan negara-negara di wilayah Kaukasia.

Kelima belas negara dengan banak etnis itu itu diantaranya Estonia, Latvia, Lituania, Belarus, Moldova Ukraina, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstanm,Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Rusia.

Negara pecahan bekas Uni Soviet saat ini juga masih banyak dilanda konflik etnis yang hampir 25 tahun tidak terlesaikan misalnya Ukraina, Crimea hingga perang yang terjadi terakhir antara Armenia dan Azerbaijan terkait wilayah Nagorno Karabakh.

Di sisi lain, globalisasi juga meingkatkan perekonomian, perdagangan bebas hingga kemudian muncul World Trade Organization (WTO) yang dirasakan oleh banyak negara semakin meluas.

Dampak negara dari globalisasi juga banyak dirasakan diantaranya persaingan dagang dan kesenjangan ekonomi serta ketergantungan negara semi periferi dan periferi terhadap negara inti atau negara maju. Damak sosial budaya diantaranya masalah pendidikan, kesehatan dan tenaga kerja.

 Era ekonomi global saat ini juga disokong oleh kemajuan dalam bidang elektronik dan telekomunikasi sehingga mempercepat laju globalisasi di semua negara tak terkecuali Indonesia.

Dalam konteksi Indonesia, Mantan Menteri KOminfo, Tifatu Sembiring mengungkapkan dirinya merasa prihatin atas semakin lemahnya ketahanan identitas bangsa Indonesia.  Globalisasi berpengaruh terhadap semua bentuk kebudayaan.

Ia memaparkan kemajuan ICT (Information Communication Technology) merupakan sarana yang sering digunakan untuk menyebarkan pengaruh antar bangsa-bangsadunia.

Hal itu bisa mengancam eksistensi Indonesia di tengah-tengah kehidupan dunia. Padahal identitas itu adalah value (nilai) yang di anut, baik budaya dan tradisi.Ia menekankan Indonesia sebagai bangsa yang besar harus mengokohkan sistem ketahanan sosial.

Ancaman yang bisa terjadi adalah kesenjangan ekonomi yang tidak merata ini bisa mengakibatkan terjadinya ketimpangan atau kesenjangam masyarakat yang berpotensi disintegrasi bangsa. Mengingat Indonesia juga terdiri banyak suku dan etnis atau multikultural. Hal itu juga tidak jauh berbeda dengan negara Uni Soviet saat itu.

Persoalan pemeretaan ekonomi yang tidak merata juga bisa memicu munculnya disintegrasi. Pemerintah Indonesia sejak reformasi sudah berubah dari yang sentralistk ke desentralisasi dan memperbesar otonomi daerah masing-masing.

 

Kebijakan seperti ini bisa mengurang dan memberikan peluang yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola daerah masing-masing.

Tampaknya globalisasi tidak akan lenyap, namun terus menyatu dala setiap hal baik ekonomi, politik, sosial dan budaya. Globalisasi bukan lagi barang padat perdagangan atau ekonomi dari negera maju ke negara berkemnang dan sedang berkmbang.

Globalisasi akan teris berputar dan menyatu dengan zaman dan perkembangan teknologi.

Referensi

Dani, Anis A., & de Haan, Arjan (ed). (2008). Inclusive States Social Policy and Structural Inequalities. Washington DC, USA: The World Bank.McPhail, Thomas L. (2014). Global Communication: Theories, Stakeholders and Trends Fourth Edition. UK: John Wiley & Sons, Inc.Oberoi, Roopinder., & Halsall, Jamie P., (2018) Revisiting Globalization From a Borderless to a Gated Globe, Switzerland: Springer International Publishing AD.https://www.wartaekonomi.co.id/read110041/boediono-tak-mudah-kelola-finansial-saat-globalisasi.html

https://nasional.kompas.com/read/2010/03/31/14140712/tifatul.globalisasi.sebabkan.identitas.bangsa.melemahhttps://www.kompasiana.com/farahdewi/57dbc5ffb47a61d91961634c/ancaman-disintegrasi-di-tengah-kemajuan-informasi

(Bagus Kurniawan/205503210/KSG 10