Omah Kie Gie

21/06/2020 868 view Jogja Dulu Bagus Kurniawan/Cerita Jogja

Yogyakarta - Sebuah bangunan bernama Omah Kie Gie yang ada di Jl Panjaitan, Kampung Mangkuyudan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Rumah ini sebenarnya sangat bersejarah terkait kejayaan industri batik tahun 19501970-an. Bagaimana sejarahnya omah tersebut.

Saya sebut omah Kie Gie karena pemiliknya bernama Sie Kie Gie seorang Tionghoa yang sukses dalam bisnis batik waktu itu. Kawasan Jl Tirtodipuran hingga Prawirotaman dulu dikenal sentra batik dengan berbagai koperasi batiknya. 

Banyak juragan-juragan batik yang eksis waktu itu. Jejak-jejak industri batik di kawasan itu masih terlihat diantaranya Batik Winotosastro, Batik Plenthong dll.

Kembali ke Omah Kie Gie, pada tahun 2018 lalu rumah ini benar-benar tak terawat. Pintu kayu penuh dengan coretan vandalisme. Meteran listrik juga dicopot karena menunggak pembayaran.

Saat ini kondisinya sudah dicat bersih. Namun sayang tulisan Kie Gie dibagian atas sudah hilang. Entah hikang sendiri atau sengaja dihilangkan. Yang tersisa adalah bangunan yang masih kokoh berdiri meski sudah tidak ada yang menempati.

Rumah yang ada diperempatan antara jalan DI Panjaitan, Tirtodipuran dan Suryodiningratan itu dulu banyak orang menyebut Prapatan Kie Gie. Sekarag orang menyebut prapatan toko Maga yang ada diseberangannya. Jl DI Panjaitan dulunya juga bernama Jalan Gebayanan.

"Dulu di depan rumah ada tulisan Jl. Gebayanan," umngkap Eka Hariyanta warga Minggiran.

Menurut Eka, rumah ini dulunya milik KRT Mangkuyuda. Diperkirakan dibangun ekitar tahun 1930-an. Namun kemudian ditempati oleh Kie Gie.

Kie Gie adalah salah satu warga Yogyakarta keturunan Tionghoa dengan nama lengkap Se Kie Ge. Ia yang dulu sukses usaha batik di tahun 1950-1970-an. 

Kie Gie nama lengkapnya adalah Sie Kie Gie. Pada tahun 1955 ketika Pemilu pertama, ia mendirikan partai lokal di Yogyakarta dengan nama Partai Sie Kie Gie. Sama seperti Almarhum Pak Besut yang mendirikan partai dengan gambar Setrika. Setrika menjadi alat untuk menggosok atau menyeretrika agar rapi.

Banyak warga yang mengenal penghuni terakhir disitu namanya Kie Yu Mien umurnya sekitar 52 tahun. Dulu waktu SMP sekolah di SMP Stela Duce di Jl Suryodinngratan. Teman-teman sekolah waktu itu diantaranya Onang Setyoputra warga Kumendaman Siswastini Suryandari warga Jl Mayjen Sutoyo, Danunegaran.

Yu Mien hingga tahun 1990-an menunggu rumah itu yang juga dijadikan toko kelontong. Ia masih terhitung kepinakan dari Kie Gie. Ruamh itu kemudian disewa orangtuanya untuk dagang kelontong. Toko itu menjual berbagai peralatan rumah tangga dari plastik. Anak-anak keci di sekitar sering membeli benang gelasan dan layang-layang.

Sambil menunggu toko Yu Mien sering duduk ditangga saat itu. Orang banyak mengenalnya karena tubuhnya yang tambun dan berkacata. Sesekali terlihat naik sepeda ke barat dan kembali ke timur lagi melintas Jl Suryodiningratan.

"omah kuwi mbiyen ditempati konco smp jenenge Kie Yu Mien....ijih ora yo saiki," ungkap Onang seraya menanyakan kabar nasih tidaknya kawan waktu SMP Kie Yu M
 
"Kui temenku SMP. Teman sekelas Yu Mien..senenge membaca puisi Chairil Anwar," kata Ndari panggilan akrabnya yang juga pernah jadi teman sekelas.

Lain lagi warga lainnya sepeti Sulistiyono yang dulu tinggal di Kampung Ngadinegaran. Di utara prapatan Kie Gie ini ada warng bajigur tiap malam. Penjual bajigur waktu itu adalah Pak Mangun. Di tempat itu juga ada penjual bakso yang enak waktu itu.

Abdul Sahid mengungkapkan jika Pak Mangun yang menjual wedang bajigur itu adalahnya Pakdenya atau pamannya.

"Pak Mangun itu pakde saa, Ia meninggal sekitar tahun 2016-an," umhkapnya.

Di utara prapatan Kie Gie itu dulu ada bakso enak. Saya dari Kampung Bausasran sengaja datang ke bakso Kie H+Gie untuk makan bakso," ungkap Yudah Prakoso. (Bagus Kurniawan)